Minggu, 29 April 2012

Panti Asuhan Yatim Piatu Nurul Falaah

Jl. Soreang-Banjaran Belakang Puskesmas Km.2 Ciwaru Rt/Rw. 01/16 Desa/kec. Soreang Kab. Bandung

Cara Hebat Melobi Allah

Cinta Anak Yatim
                                                 Cinta Anak Yatim
Ada sebuah kisah menarik, dituturkan oleh Astria, seorang PNS disebuah instansi pemerintah. Sebuah kisah yang membuatnya mengerti bagaimana cara membuat proposal yang seakan-akan pasti di-ACC oleh Allah, karena limpahan Allah yang Ia berikan kepada mahluk yang istimewa dimata-Nya.
Awalnya ia adalah seorang ustadzah sebuah TPA (Taman Pendidikan al-Qur’an) di sebuah daerah di Indonesia, yang jika menghitung gaji ataupun keuntungan lahiriah lainnya tentu saja sangat kecil, tak cukup untuk kehidupan sehari-hari. Namun hal itu ia nikmati, sebagai bentuk pengabdian pada agama, dan karena ia sangat menyayangi anak-anak. Apalagi hingga pernikahannya yang memasuki tahun kedelapan, ia belum juga dikarunai momongan, membuatnya harus mencari kesibukan lain, dan satu-satunya kesibukan yang membuatnya bahagia adalah kesibukan bersama anak-anak. Maka ia konsentrasikan hari-harinya untuk mendidik anak-anak di TPA tersebut.
Nah, di antara anak-anak didikannya di TPA, ada seorang anak yang membuatnya terenyuh. Anak itu sudah tak memiliki ayah, dan ibunya tampak kesulitan untuk membiayai sekolahnya. Melihat kondisi demikian, jiwanya pun terpanggil untuk membantu si yatim. Maka sejak itu, ia membantu sekolah anak yatim itu hingga lulus. Ia ingin meskipun anak itu yatim, tapi masa depannya tidak boleh suram, harus tetap mendapatkan yang semestinya, seperti anak-anak yang memiliki ayah pada umumnya.
Selama kurang lebih dua tahun, tanpa banyak yang tahu, ia biayai sekolah anak itu. Dan sejak itulah berkah demi berkah ia dapatkan dari Allah swt. Suatu ketika, ketika ada musim pendaftaran untuk mengikuti seleksi CPNS, iseng-iseng ia mengikutinya, seperti dilakukan kebanyakan teman-teman kuliahnya dulu. Tapi tanpa dinyana-nyana, ia dinyatakan lulus murni, alias tanpa bantuan dari siapa pun dan tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Hal ini tentu saja jarang terjadi, dan dia termasuk yang jarang itu. Syukurnya tak terkira kepada Allah, atas karunia ini.
Bukan hanya itu, beberapa saat kemudian ia dinyatakan positif hamil, padahal sudah delapan tahun membina rumah tangga, belum juga ia dikaruniai putra. Betapa karunia Allah datang bertubi-tubi dan tanpa disangka-sangka, sejak ia membagi kasih sayang dan kebahagiaanya pada anak yatim.
Ya, Allah memang menyukai dan menganjurkan kita untuk memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak yatim. Bersedah untuk anak yatim memang berlipat-lipat nilainya dan berlipat-lipat pula keberkahannya. Menyantuni dan mengasihi anak yatim adalah sebuah cara paling jitu untuk melobi Allah swt, jika kita memiliki keinginan yang bahkan terasa sulit didapatkan sekalipun. Tidak hanya itu, Allah juga mengancam akan memberikan cap “munafik” jika kita tak peduli pada anak yatim dan orang miskin. “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?,” firman Allah dalam al-Qur’an. “Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.” (QS.al-Maaun : 1-3).

أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِى يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ (١) فَذَٲلِكَ ٱلَّذِى يَدُعُّ ٱلۡيَتِيمَ (٢) وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ (٣)

Maka jika dalam suatu kampung, RT/RW atau desa, lalu kecamatan dan lingkup lebih luas lainnya, masih ada anak yatim yang terlantar dan masih ada orang miskin yang tak bisa makan karena tak ada  yang peduli, maka laknat Allah akan diberikan kepada semua penduduk, dan jangan salahkan Allah jika bencana banyak melanda daerah tersebut. Padahal, seperti kisah nyata di atas, jika kita mau berbagi kebahagiaan dengan memberikan perhatian dan kasih sayang pada anak yatim, juga orang-orang miskin, maka hidup kita akan semakin mudah : mendapatkan kasih sayang Allah, tentram, rezeki lancar, sehat, hidup aman dan insya Allah akan diberikan tempat terbaik di sisi Allah swt nantinya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, suatu ketika Saib bin Abdullah ra, datang kepada Nabi Muhammad saw, maka Nabi saw bersabda kepadanya, “Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga.” [HR.Ahmad dan Abu Dawud].
Dalam riwayat lain Rasulullah saw juga  bersabda, “Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk.” [HR. Ibnu Majah].
Satu lagi, dalam suatu riwayat disebutkan bahwa ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi saw mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabi pun bertanya, “Sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? Kasihanilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi.” [HR.Thabrani].

Nah, tunggu apalagi. Inilah cara sangat hebat untuk ‘melobi’ Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar